Mau
Masuk Surga Bersama Rasulullah SAW? - Mari
kita perhatikan sejenak kisah ini. Suatu hari Rasulullah menemui seorang anak
yang menangis ketika Idul Fitri. Rasul bertanya pada si anak, “Mengapa kamu
menangis? Si anak pun menjawab karena ia tidak seperti teman sebayanya yang
memiliki ayah dan memberikan mereka baju baru. “Ayahku gugur di medan perang,”
kisah sang anak.
Kemudian,
Rasul pun mengatakan, “Bagaimana jika Muhammad menjadi ayahmu, Aisyah menjadi
ibumu, dan Hasan Husein menjadi saudaramu?” Seketika itu, si anak menyadari
bahwa yang berada di hadapannya adalah Rasulullah. “Dia pun sangat berbahagia,”
Dan anak itupun sangat gembira.
Itulah
kisah Rasulullah yang begitu perhatian dengan seorang anak yatim. Apa hubungan
dengan cara masuk surga? Sangat jelas karena pada suatu kesempatan Rasulullah
pernah menyatakan :
“Aku
dan pengasuh anak yatim kelak berada di surga.” (HR Bukhari)”
Demikianlah
sabda Rasulullah SAW mengapresiasi para pengasuh yatim. Karena, sesungguhnya
yatim itu, kata Pembina Pesantren Motivasi Anak Yatim Ustaz Nurul Huda Haem,
secara syar’i, kata yatim merujuk pada anak yang tidak memiliki ayah sedangkan
piatu adalah anak yang ditinggalkan oleh ibunya. “Sayangi mereka layaknya
menyayangi anak kandung sendiri,” katanya.
Kisah diatas
mengandung pelajaran bagaimana Rasulullah memberikan teladan agar umatnya tidak
hanya sekadar menyantuni anak yatim. Tetapi, juga menggantikan tanggung jawab
orang tuanya agar mendapatkan hak yang sama dengan anak pada umumnya yang
memiliki orang tua lengkap.
Setidaknya,
ada dua tuntunan Islami dalam rangka memuliakan anak yatim. Pertama, terhadap
anak yatim yang memiliki harta. Bagi mereka yang diserahkan tanggung jawabnya
untuk menjaga anak yatim dan hartanya, mereka wajib menjaga dengan hati-hati.
Jangan sampai mereka malah justru menyalahgunakan harta tersebut.
Bagi anak
yatim yang tidak memiliki harta sehingga membutuhkan santunan orang lain,
biasanya ada baitulmal yang bertanggung jawab. Tetapi, masa sekarang tanggung
jawab itu biasanya dikelola oleh yayasan atau lembaga yatim tertentu.
Yayasan
wajib memberikan hak anak yatim berupa santunan yang diterima untuk kebutuhan
hidup dan pendidikan hingga dia mampu berdiri sendiri. Perbuatan baik pada anak
yatim tidak sekadar kafalah atau santunan. Apalagi, sebatas berlomba-lomba
mengumpulkan yatim pada 10 Muharram, memberikan santunan, elus kepala mereka,
kemudian selesai.
Santunan
hanya akan melemahkan mentalitas anak yatim sebagai penerima. Padahal, hak yang
seharusnya mereka terima tidak hanya santunan, tetapi kasih sayang, pendidikan,
dan keahlian untuk hidup lebih baik pada masa depan.
Selain
itu, tujuan pendampingan bagi anak yatim adalah agar anak memiliki ilmu dan
akhlak agar hidup sesuai tuntunan Islam.
Memuliakan
anak yatim,memiliki banyak faedah dan hikmah. Di antaranya, terjaminnya masa
depan yatim
dan bagi para penyantun, akan mendapatkan pengakuan sebagai orang
yang tidak mendustakan agama. Selain itu, Allah SWT berjanji bagi mereka yang
mau memelihara anak yatim, akan mendapatkan kemudahan menjalani hidup yang
terjal.
Karena
itu memuliakan anak yatim tidak bergantung pada waktu. Tetapi, sepanjang hari
dan sepanjang waktu. Menyayangi anak yatim diartikan tidak hanya dengan
mengelus kepala anak yatim. Tetapi, juga menyayangi dengan memberikan
kebutuhannya.
Anak
yatim harus mendapatkan bekal keahlian dan ilmu yang sama sehingga mampu
memiliki masa depan yang cerah. Berbahagialah para pengasuh yatim. Allah
menjanjikan surga dan menyediakan kemudahan di dunia.
0 comments:
Posting Komentar