Mungkin anda juga mempertanyakan hal ini, bagaimana malaikat
Izrail menjalankan tugas jika ada kematian massal secara bersamaan. Dalam
al-Quran, Allah menjelaskan bahwa malaikat maut memiliki banyak rekan di
kalangan malaikat ketika mematikan para hamba Allah.
وَهُوَ
الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ
Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua
hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat
Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS.
Al-An’am: 61)
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa makna ’ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami’ adalah bahwa ada banyak malaikat yang ditugaskan untuk
mewafatkan.
Kemudian al-Hafidz Ibnu Katsir membawakan riwayat dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
قال
ابن عباس وغير واحد: لملك الموت أعوان من الملائكة، يخرجون الروح من الجسد، فيقبضها
ملك الموت إذا انتهت إلى الحلقوم
Ibnu Abbas dan ulama lainnya mengatakan, ”Malaikat maut
memiliki beberapa teman di kalangan malaikat. Mereka mengeluarkan ruh dari
jasad. Hingga ketika ruh sudah mencapai tenggorokan, malakul maut yang
mencabutnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/267).
Dalil lain yang menunjukkan bahwa malakul maut (malaikat
pencabut nyawa) ditemani banyak malaikat ketika mematikan manusia, adalah hadis
dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ
الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ
الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ
وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ
الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ
عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ
Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan
dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih,
wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi)
dari surga. Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian
datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya.. (HR.
Ahmad 18543, Abu Daud 4753, dishahihkan Syuaib al-Arnauth dan al-Albani)
Bagaimana Mereka Bisa Mencabut Ratusan Nyawa dalam Satu
Waktu?
Ada dua pendekatan untuk menjawab tanda tanya ini.
Pertama, Manusia seringkali mempertanyakan hal yang ghaib,
yang tidak mampu dijangkau akal pikirannya. Mereka bertanya demikian, karena
dibenturkan dengan analoginya yang hanya bisa menjangkau kehidupan di dunia
ini. Padahal jika mereka menggunakan prinsip pasrah, tentu mereka bisa
menyimpulkan bahwa logika alam dunia dengan logika alam ghaib itu berbeda,
sehingga tidak mungkin dianalogikan.
Ketika kita mendapatkan informasi dari syariat bahwa ada
malaikat yang bertugas mencabut nyawa manusia, yang harus kita lakukan adalah
mengimani dan meyakininya dengan sepenuh hati. Tanpa perlu mempertanyakan,
bagaimana cara malaikat itu mencabut ratusan nyawa dalam satu waktu? Sementara
masing-masing tentu butuh proses. Karena Allah Maha Kuasa untuk memberikan
kemampuan kepada malaikatnya untuk melakukan hal itu.
Inilah yang disebut prinsip taslim, pasrah terhadap dalil.
Dan prinsip ini yang ditekankan para ulama masa silam. Imam Ahmad dalam Ushul
Sunnah mengatakan,
وليس
في السنة قياس ولا تضرب لها الأمثال ولا تدرك بالعقول ولا الأهواء إنما هو الإتباع
وترك الهوى
Dalam sunah (ajaran Nabi) tidak ada perbandingan, tidak
boleh dibenturkan dengan perumpamaan, tidak bisa dijangkau akal dan hawa nafsu.
Yang ada hanyalah mengikuti dan meninggalkan hawa nafsu. (Ushul Sunnah)
Yang dimaksud sunnah dalam keterangan Imam Ahmad di atas
adalah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak mampu dijangkau
logika manusia.
Kedua, penjelasan sisi ghaib berdasarkan riwayat dari
Mujahid
Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan,
وروي
عن مجاهد أن الدنيا بين يدي ملك الموت كالطست بين يدي الإنسان يأخذ من حيث شاء
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa dunia di hadapan malakul
maut, layaknya sebuah piring di depan seorang manusia. Dia bisa mengambil
sesuai yang dia kehendaki. (Tafsir al-Qurthubi, 14/94).
0 comments:
Posting Komentar